• Wisata Edukasi Anak

  • Lomba Mewarnai Tingkat SD Se-Kabupaten Pemalang di Zatobay

  • Sosialisasi di TK. Putra VII Bojongbata Pemalang

  • Sosialisasi di ABA III Bojongbata Pemalang

  • Pengenalan Satwa di Zatobay

  • Personil Lembaga Pemerhati Alam dan Satwa (PAS)

Minggu, 24 Januari 2016

MENTAMORFORSIS LPAS MENJADI LEMBAGA PERLINDUNGAN SATWA DAN ALAM (LEPSA) INDONESIA; TERIMA KUNJUNGAN MAHASISWA UNNES UNTUK BELAJAR TENTANG KONSERVASI TYTO ALBA



Pemalang – Lembaga Pemerhati Alam dan Satwa (PAS) ; terus melakukan upaya sosialisasi khususnya generasi penerus siswa-siswi tingkat TK, SD, SMP, SMA, Mahasiswa dan masyarakat umumnya tentang pengetahuan untuk cinta terhadap satwa, alam dan lingkungan.

Salah satu wujud nyata kegiatan Lembaga Pemerhati Alam dan Satwa (PAS), yang sekarang ini bermetamorforsis menjadi Lembaga Perlindungan Satwa dan Alam (LEPSA) Indonesia, adalah pendirian Pusat Study Konservasi Habitat Tyto Alba di Desa Penggarit, Taman Kabupaten Pemalang. Pendirian Pusat study konservasi ini sebagai salah satu implementasi kegiatan nyata dari Sosialisai, Edukasi, Konservasi yang selama ini menjadi Visi Misi Lembaga ini berdiri.

Pusat Study Konservasi Habitat Tyto Alba mulai dikembangkan mengingat satwa satu ini, memiliki manfaat yang cukup banyak bagi Petani dalam hal pengendalian hama tikus sawah. Selain dimanfaatkan kegunaanya untuk petani, Tyto Alba di penangkaran ini juga dilatih untuk bisa berinteraksi secara langsung dengan pengunjung yang ingin melihat taupun berfoto bersama Tyto Alba.

Seperti dijumpai kemarin (21/12), Rombongan dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) datang berkunjung ke pusat study konservasi Tyto Alba, ditambahkan; Zuko (koordinator rombongan) tujuan kunjungan ini sekaligus ingin belajar pengembangbiakan habitat tyto alba, konsep pengembangbiakan dengan bentuk konservasi sangat inspiratif ,konsep ini membuka pengetahuan para mahasiswa konservasi tidak hanya untuk satwa yang hampir punah, namun konservasi juga bisa diterapkan untuk satwa yang habitatnya belum terancam punah. Sekaligus ini menjadi pencegahan awal agar satwa Tyto Alba ini tetap terjaga habitatnya dilingkungan habitatnya.

Elman Prasetyo, S.Pd, selaku ketua lembaga menambahkan; bahwa konservasi Tyto Alba dipilih untuk dikembangkan karena dianggap perlu sebagai salah satu satwa yang memilki banyak manfaat bagi petani, selain untuk pengendalian dan penanggulangan hama tikus tyto Alba ini dikembangkan pula untuk icon Desa yang bisa dikembangkan dalam kegiatan pariwasata.


Kegiatan konservasi ini akan terus dikembangkan keberbagai wilayah khususnya daerah persawahan. Sekaligus mengedukasi masyarakat tentang kegiatan konservasi, perlindungan agar tercapai masyarakat yang sadar untuk menjaga, melestarikan  lingkungan dan satwa.