Siapa
yang tidak kenal tikus?
Hewan ini mudah ditemui disekitar kita. Tapi
bila tikus muncul dan berkembang biak di area pertanian dan perkebunan, hewan
ini bisa menjadi hama yang menakutkan bagi petani, Kehadirannya harus
diberantas.
Lalu bagaimana dengan upaya pemberantasan hama
tikus?
Berbagai cara pendekatan telah banyak
diupayakan dalam memberantas hama tikus ini. Mulai dari pengunaan racun tikus
(rodentisida) hingga metode yang alami, yaitu dengan memanfaatkan kehadiran
burung hantu (TYTO ALBA).
Hal ini yang kemudian coba dikembangkan
penangkaran berkelanjutan didesa yang ada dipemalang (Desa Penggarit);
mengingat pemalang merupakan daerah yang mempunyai luas areal persawahan sangat
luas. Penanganan pengendalian hama tikus dengan menggunakan preadiator alami
seperti tyto alba merupkan langkah yang sangat tepat dan juga langkah ini sudah
banyak berhasil dikembangkan didaerah-daerah lain.
Yuks
Kenalan dengan Tyto Alba J
Karakter dan habitat Tyto alba
Tyto alba merupakan
salah satu spesies burung hantu yang banyak tersebar di seluruh belahan dunia,
termasuk Indonesia. Dalam bahasa Latin, Tyto alba berarti
burung hantu putih. Adapun dalam literatur perburungan internasional, burung
ini dikenal dengan nama barn owl: mengacu pada habitat aslinya
berupa gudang-gudang di ladang pertanian. Masih banyak julukan lain bagi burung
hantu ini, misalnya monkey-faced owl (burung hantu berwajah
monyet), white owl, dan night owl (hanya
mencari mangsa di malam hari).
Tyto alba biasanya
ditemukan di wilayah pemukiman dan ladang perkebunan. Mereka senang tinggal di
ladang-ladang, karena tikus yang menjadi santapan utamanya sering berada di
sana. Selain tikus, burung hantu juga sering memangsa anak kelinci, kelelawar,
katak, kadal, burung-burung kecil, serangga, bahkan ular kecil.
Burung ini bersifat nokturnal, artinya hanya aktif pada malam hari,
dengan indera pendengaran dan indera penglihatan yang tajam. Tyto alba mampu
mendengar dan melihat mangsanya yang berukuran kecil, seperti tikus, dalam
jarak cukup jauh.
Untuk menutupi kelemahan pada kedua bola matanya yang tidak bisa
berkedip, burung ini bisa memutar lehernya hingga 270 derajat. Itulah cara yang
biasa dilakukannya ketika mengamati pergerakan mangsanya.
Ketika terbang memburu mangsa, Tyto alba mampu melakukan gerakan menukik
dengan cepat tanpa mengeluarkan suara. Tidak heran jika mangsa dengan mudah
disergapnya dalam waktu sekejap. Karena itulah, Tyto alba dianggap sangat
efektif dalam membasmi hama tikus, dan hal ini sudah dibuktikan sendiri oleh
masyarakat petani pemalang.
Penangkaran Tyto alba
Untuk memulai penangkaran, sebaiknya Anda memilih burung hantu hasil
penangkaran. Cara ini lebih praktis, karena burung hantu menjadi lebih mudah
dilatih dan lebih cepat beradaptasi dengan kandang barunya yang sering disebut
rumah burung hantu (pagupon).
Pilihlah minimal sepasang burung hantu yang sudah mencapai umur dewasa
kelamin, dengan umur sekitar 1 tahun atau lebih. Untuk membedakan burung
jantan dan betina bisa dilihat dari warna dan motif bulunya. Silakan perhatikan
gambar di bawah ini :
Setelah mendapatkan sepasang burung hantu, maka yang dibutuhkan sekarang adalah kandang penangkaran yang luas dan cukup untuk burung terbang atau menjalankan segala aktivitasnya.
Di dalam kandang diletakan sebuah kotak besar untuk tempat bersarang.
Kotak sarangnya pun bervariasi. Ada yang berbentuk kotak biasa seperti glodok,
ada juga yang berukuran besar, atau berbentuk segitiga sebagaimana yang
digunakan penangkar burung hantu di luar negeri.
Tyto alba jantan umumnya hanya berpasangan dengan seekor betina
saja (monogami), meski ada juga individu yang memiliki pasangan lebih dari
satu. Pada masa perjodohan, burung hantu akan berburu bukan hanya malam hari
saja, tetapi juga siang hari untuk memberikan makanan kepada pasangannya.
Saat itulah, ia akan berpatroli dengan mengeluarkan jeritan khasnya yang
menandakan wilayah teritorialnya. Hal ini bukan hanya untuk mengusir
saingannya, tetapi juga untuk menarik perhatian burung betina.
Burung betina menghasilkan telur sebanyak 4 – 6 butir, yang akan dierami
selama 21 – 28 hari. Piyik-piyik yang menetas akan diasuh induknya selama 60
hari, sampai mereka mulai keluar dari sarangnya. Tetapi masa sapih (anakan bisa
makan sendiri) umumnya terjadi pada umur 85 – 90 hari.
Memanfaatkan jasa Tyto alba
Sepasang Tyto alba yang sudah mampu mencari makan
sendiri itulah yang dimanfaatkan untuk menjaga wilayah persawahan, dan mulai
ditempatkan dalam rumah burung hantu (rubuha) atau pagupon.
Sselama berada di dalam rubuha, Tyto alba muda dilatih
untuk beradaptasi dengan lingkungan dan rumahnya yang baru. Selama latihan,
burung masih diberi makanan berupa tikus kecil yang langsung disodorkan dari
tangan kita. Lakukan hal ini selama 1 minggu penuh.
Setelah beradaptasi dengan lingkungan dan rumahnya, burung muda akan
mampu mencari makan sendiri, dengan memantau kondisi persawahan di sekitarnya.
Mereka akan keluar dari rubuha malam hari, untuk menjalankan tugas mulianya
membantu para petani.
Untuk menjaga sawah, setiap 5 – 10 hektare (ha) lahan bisa dibangun satu
rubuha. Hal ini sesuai dengan radius kemampuan burung hantu dalam menjaga
wilayah teritorialnya.
Desain dan konstruksi rubuha tergantung kreasi Anda dan/atau kelompok
Anda. Yang penting burung hantu merasa aman dan nyaman selama berada di
dalamnya. Sebagaimana merpati, burung hantu akan kembali pulang ke
rumahnya, tanpa pernah kesasar.
Berikut beberapa gambar rubuha yang bisa dijadikan referensi :
Nah, sudah siapkah desa Anda memanfaatkan jasa Tyto alba ? Atau, barangkali, Anda justru ingin menjadi penangkar burung hantu, untuk memasok bibit Tyto alba ke masyarakat petani?
Semoga bermanfaat.
Untuk Informasi ; Seputar Upaya Penangkaran Pengembangbiakan Tyto Alba ,
Cp : 083862066222 / Lembaga PAS Pemalang.
email : pasnasional@gmail.com / eloibnusina@ymail.com
Salam Lestari :)